Selasa, 22 Juni 2010

Lihatlah Kebawah Kita

Di sebuah rumah yang besar dan megah, tinggallah seorang anak yang bernama Raida. Ia adalah anak kelas 6 Sekolah Dasar. Di sekolah, ia adalah anak yang paling kaya. Setiap pulang pergi ke sekolah, ia selalu menaiki mobil milik ayahnya.

Sayangnya, Raida tidak bisa memakai kekayaan yang ia miliki dengan baik. Ia tidak pernah memakai uang jajannya untuk bersedekah sepeserpun. Dalam sehari, ia dapat menghabiskan uang jajannya sampai habis, padahal dalam sehari ia diberi uang jajan hingga Rp 10.000,00 keatas.

Selain boros dan pelit, Raida juga sering mengeluh jika keinginannya tidak bisa dituruti. Misalnya, ketika ia menginginkan baju baru untuk perpisahan sekolahnya. Saat itu, orang tuanya sedang menabung, karena sebelumnya Raida juga meminta tas dan sepatu baru.

"Mama, bolehkah aku meminta 3 baju baru untuk pesta perpisahan? Pesta perpisahan, kan, diadakannya 3 hari,"

"Memangnya harus pakai baju baru? Pakai baju lama, kan, juga bisa, Raida sayang. Baju-baju lama milikmu, kan, masih bagus. Mama, kan, sedang menabung untuk membeli tas dan sepatu baru yang kamu minta kemarin,"

"Iya, tapi aku juga butuh baju baru! Apa kata teman-teman kalau aku tidak memakai baju baru? Aku pasti akan kelihatan kuno dan biasa saja! Aku tidak mau teman-teman memandangku begitu! Semua teman harus memperhatikan aku, supaya aku tetap terkenal di sekolah sebagai anak paling kaya!"

"Sayang, teman-teman memandangmu paling kaya atau tidak, bukanlah sebuah masalah. Seseorang dipandang bukan dari kekayaannya, tetapi dari hatinya. Kalau kamu bersikap baik dengan semua orang, pasti kamu akan memiliki banyak teman yang setia,"

"Kalau itu aku tidak peduli! Pokoknya aku butuh baju baru, harus 3! Dan baju baru itu harus aku dapatkan sebelum hari pesta perpisahan!"

Setelah itu, Raida masuk ke kamarnya dan membanting pintunya.

"Raida! Tunggu! Dengarkan penjelasan Mama dulu! Mama melakukan ini karena Mama terpaksa!" kata Mama

Raida sama sekali tidak memedulikan kata-kata ibunya. Ia tetap di kamarnya, menggerutu karena keinginannya tidak dituruti.

Mama pun berusaha membujuk Raida keluar dengan mengatakan, "Raida, besok kita jalan-jalan, ya! Mama janji, mama akan mengajak kamu jalan-jalan dengan mobil mama!"

Raida yang mendengarnya bersorak girang dan keluar dari kamarnya.

"Benar, Ma? Yeee...... akhirnya!!!"

"Iya, besok, kan, hari Minggu. Kita bisa jalan-jalan sepuasnya,"

Keesokan harinya, Raida bersama orang tuanya pergi keluar dengan mobil Mama.

Setelah sampai di tempat tujuan, Raida berkata, "Ma, kok berhenti? Bukannya kita akan jalan-jalan ke mall?"

"Eh, siapa bilang kita mau jalan-jalan ke mall? Mama, kan, tidak bilang begitu! Ayo, kita memang akan jalan-jalan ke panti asuhan, bukan ke mall!"

Raida yang mendengarnya benar-benar merasa kesal.

Mama ini aneh, deh! Jalan-jalan, kan, harusnya ke mall atau tempat elit lainnya, bukan ke panti asuhan jelek seperti ini! Kalau begini, sih, aku lebih baik pulang saja! Kata Raida dalam hati.

Di panti asuhan, Raida selalu memasang wajah cemberut. Semangatnya untuk jalan-jalan memudar. Ia hanya melihat anak-anak panti asuhan yang asyik bermain.

"Lihatlah mereka, Raida! Mereka bermain dengan asyiknya! Ayo, berkumpullah dengan mereka! Lumayan, kan, kalau dapat teman baru?" ajak Mama sambil menunjuk anak-anak panti asuhan.

"Ih, Mama ini bagaimana, sih? Mereka, kan, tidak selevel dengan Raida! Pokoknya Raida tidak mau bermain dengan mereka!"

Mama terus membujuk Raida untuk bermain dengan anak-anak panti asuhan, hingga Raida pun mau bermain dengan mereka, walaupun dengan terpaksa.

Saat Raida berkumpul dengan anak-anak panti asuhan, ia disambut dengan ramah oleh semua anak-anak itu.

"Halo, Kak! Siapa namanya?" tanya salah satu anak panti asuhan yang berusia kira-kira 8 tahun.

"Raida," jawab Raida singkat. "Kalau kamu?"

"Namaku Icha," jawab anak yang bernama Icha itu. "Kakak disini bersama orang tuanya, ya?"

"Iya, memang kenapa?"

"Tidak, hanya bertanya saja," kata Icha. "Dulu, aku juga tinggal bersama ibu dan ayahku, tetapi ibu dan ayahku meninggal karena kecelakaan,"

"Apa kamu pernah merasa sedih sejak kejadian itu?"

"Tentunya, apalagi kalau teringat kejadian itu. Rasanya aku ingin sekali bertemu kembali dengan orang tuaku. Kalau saja aku dapat membalik waktu kembali sebelum kejadian itu, pasti akan kugunakan waktu yang ada sebaik-baiknya. Kalau saat itu aku bisa mencegah kecelakaannya, pasti akan kucegah. Namun aku hanya anak kecil yang tak dapat berbuat apa-apa. Walaupun begitu, teman-temanku, guru-guruku, dan pengasuh-pengasuhku selalu menyemangatiku untuk terus hidup dan berjuang, karena jalanku masih panjang. Bagiku, kehilangan orang tua bukan masalah. Aku, kan, tetap bisa bersekolah dan merajut mimpi, kan? Aku juga masih memiliki banyak sekali orang yang sayang dan peduli padaku, walaupun kehidupanku pas-pasan," kata Icha, menceritakan hidupnya.

Raida merasa tersentuh hatinya. Ia tak menyangka, anak kecil berusia 8 tahun yang seharusnya banyak menerima kasih sayang dari orang tuanya dapat setegar itu. Walaupun tidak memiliki orang tua, ternyata Icha masih bisa bertahan. Tidak seperti dirinya yang mudah mengeluh jika tertimpa suatu masalah.

Sebelum pergi, Raida mengatakan, "teman-teman baruku, terima kasih atas pelajaran yang kalian berikan padaku. Aku berjanji takkan melupakan kalian selamanya!"

"Iya, terima kasih, Kak Raida! Kapan-kapan datang lagi, ya, Kak! Dadah!" kata semua anak panti asuhan.

"Tenang, pasti Kak Raida akan datang lagi kesini! Dadah juga!!" kata Raida sambil pergi dan melambaikan tangannya.

Di mobil, Raida berkata, "Mama dan Papa, maafkan jika selama ini aku sudah sering merepotkan Mama dan Papa. Aku mendapat pelajaran berharga selama di panti asuhan tadi. Kalau saja Mama tidak mengajak Raida ke panti asuhan, pasti Raida akan tetap jadi anak yang sombong dan manja. Raida berjanji akan menjadi anak yang baik,"

"Ya, sayang. Mama dan Papa pasti akan senang jika Raida mau berubah menjadi lebih baik," kata Mama.

Dalam hatinya, Raida berjanji akan menjadi anak yang rendah hati dan menggunakan kekayaannya untuk hal-hal bermanfaat.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

PERTAMAX!!!
komentar dulu baru baca
ceritanya bikin aku terharu

Natasha Vierrania mengatakan...

Thx yach..... kpn2 insya Allah aq comment blog mu, boleh, kan?

Anonim mengatakan...

seperti yang kubilang.boleh
monggo