Sabtu, 03 Juli 2010

This is Me!!

Seorang anak perempuan melintas di depan halaman sekolah SD CINTA ALAM. Anak itu bernama Reita. Ia mengenakan seragam putih dengan pita biru di kerahnya. Ia memakai berbagai aksesori di tangannya. Ia berjalan dengan anggun, mempesona semua orang yang melihatnya.

"Lihat, itu Reita, anak kelas 6!" teriak Mira, salah satu siswi SD CINTA ALAM yang sekelas dengan Reita.

"Reita? Ayo, kita sambut dia!" sambung anak-anak yang lain.

Saat Reita masuk ke kelas, ia langsung disambut oleh semua siswa kelas 6. Reita memang anak yang paling terkenal di sekolah. Semua siswa di sekolah mengenalnya, dari kelas 1 sampai kelas 6. Reita dikenal karena ia adalah siswi yang paling cantik dan feminin. Ia selalu berdandan dengan gaya yang sangat feminin. Jalannya pun sangat anggun.

Hampir semua siswi kelas 6 mengidolakan Reita. Mereka selalu mengikuti kemanapun Reita pergi. Mereka juga selalu ingin mengikuti gaya berpakaian Reita yang sangat feminin.

Walaupun begitu, tidak semua anak mengidolakan Reita. Ada satu anak yang sama sekali tidak mengidolakan dan meniru gaya Reita. Anak itu bernama Olive. Ia adalah anak yang sangat tomboy. Ia sering sekali bermain dengan laki-laki. Gaya berpakaiannya pun jauh berbeda dengan Reita. Bila Reita berpakaian feminin, Olive selalu berpakaian tomboy.

Walaupun begitu, kadang-kadang Olive merasa tidak nyaman dengan gayanya. Teman-temannya tidak begitu suka dengan gayanya yang super tomboy dan agak berantakan. Ia merasa dijauhi oleh teman-temannya. Lama-kelamaan, Olive sadar bahwa teman-temannya memang tak menyukainya.

Pada hari Minggu, ada sesuatu yang aneh pada penampilan Olive, dari kepala sampai kaki. Semua orang yang melihatnya merasa bingung, apa yang terjadi dengan Olive?

Maklum saja, penampilan Olive memang berubah 100%. Rambutnya tergerai, tidak diikat seperti biasanya. Ia memakai rok pendek dan baju T-shirt berwarna merah muda yang sangat feminin. Ia juga memakai 2 gelang yang terbuat dari mutiara. Padahal, sebelumnya Olive tak pernah mau memakai perhiasan apapun.

Orang-orang yang melihatnya langsung mendekati Olive dan menanyakan berbagai pertanyaan.

"Olive, kok, kamu terlihat feminin sekali?" tanya Ray, sahabat sekelas Olive yang juga menjadi tetangga Olive.

"Oh, aku hanya ingin terlihat lebih feminin saja, kok," jawab Olive singkat. Ia tak mau ada orang yang mengetahui sebab ia tampil feminin.

"Masak, sih? Memangnya kenapa kamu ingin terlihat lebih feminin?"

"Ah, kamu ini bagaimana, sih, Ray. Aku ini, kan, perempuan! Apa, sih, salahnya kalau aku ingin tampil berbeda?" kata Olive kesal. Ia takut Ray curiga dengannya.

"Iya, maaf, deh. Eh, nanti kamu mau ikut bermain sepak bola, tidak? Banyak teman yang ikut, lho," ajak Ray.

"Tidak usah, Ray, aku ingin menjadi perempuan yang feminin, seperti yang kukatakan tadi. Aku tidak mau lagi bermain apapun bersama laki-laki. Aku juga tidak mau jalan-jalan dengan laki-laki, termasuk kamu, Ray," kata Olive tegas. "Tolong jangan salah sangka, Ray. Aku hanya ingin menjadi perempuan yang feminin, itu saja. Aku masih ingin bersahabat dengan semua teman laki-laki, termasuk kamu. Tapi tolong mengerti keinginanku sekarang, Ray. Maafkan aku jika perkataanku menyakiti hatimu, tapi aku terpaksa melakukan ini, demi mencapai apa yang kuinginkan,"

"Jadi kamu ingin memutuskan tali persahabatan kita hanya karena ingin menjadi anak yang feminin, begitu?" tanya Ray kesal.

"Aku tidak ingin memutuskan tali persahabatan kita, Ray! Aku tak bermaksud begitu! Lagipula aku berhak untuk memilih jalanku sendiri!" kata Olive.

"Oh, begitu, ya. Oke, tidak apa-apa jika kamu memang lebih memilih berjuang menjadi anak feminin daripada persahabatan. Pergilah bersama anak-anak perempuan lainnya saja. Mereka pasti akan menyambutmu dan menawarkan untuk masuk ke kelompok mereka,"

Olive terdiam. Ia segera berlari ke rumahnya dan masuk ke kamarnya.

Apa yang dikatakan Ray memang benar. Aku lebih memilih memutuskan persahabatan, hanya untuk menjadi anak yang feminin. Aku terlalu memikirkan ejekan teman-teman perempuan. Aku lemah, aku mudah sekali terpengaruh oleh kata-kata mereka, teman-teman perempuan! Aku telah mempercayai perkataan buruk mereka. Akhirnya, aku jadi mengkhianati sahabat-sahabatku yang setia padaku! Kata Olive dalam hati.

Keesokan harinya di sekolah, Olive berusaha mendekati Ray dan meminta maaf.

"Ray, bolehkah aku bicara sebentar denganmu?" kata Olive pelan.

"Hmm, bicara apa?"

"Nanti akan kujelaskan," kata Olive sambil menarik baju seragam Ray, mengajaknya menjauh dari kantin.

"Maafkan aku, Ray. Aku tidak bermaksud untuk memutuskan tali persahabatan kita. Aku berjanji untuk tidak berusaha menjauh lagi darimu dan teman laki-laki lainnya,"

"Oke, tidak apa-apa. Kalau boleh tahu, mengapa kamu ingin sekali tampil feminin? Janji, deh, takkan kuberitahu siapapun,"

"Begini, Ray. Sebenarnya, aku tidak mau memberitahunya, tetapi karena kamu adalah sahabatku, aku akan menceritakan yang sebenarnya," kata Olive pelan. "Teman-teman perempuan mengejekku, mereka bilang gaya hidupku itu aneh, karena tidak feminin seperti mereka. Mereka bilang, aku harus mengikuti gaya Reita jika ingin bersahabat dengan mereka. Hal itu membuat percaya diriku turun. Aku berusaha mengubah gaya, walaupun sebenarnya aku merasa risih dengan baju feminin yang kupakai kemarin. Untung kamu menyadarkanku, jadi rasa percaya diriku kembali, deh, terima kasih, ya. Aku hanya akan mengubah sedikit penampilanku menjadi lebih rapi,"

"Iya, sama-sama. Aku juga senang kamu kembali percaya diri dengan penampilanmu yang dulu. Sahabat, kan, harus saling menolong," kata Ray sambil tersenyum senang. "Kata-kata buruk temanmu itu jangan didengarkan, mereka hanya ingin menjatuhkan kepercayaan dirimu. Walaupun kamu anak yang tomboy, kamu, kan, anak yang baik, pasti akan lebih banyak orang yang menyukaimu,"

"Terima kasih, Ray, kamu memang sahabatku yang paling baik,"

Akhirnya, Olive kembali bersahabat dengan teman-temannya yang setia dengannya.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

hore!!!!!pertamax dulu!
kapan2 kesini ya http://alfandza.blogspot.com
thx.....