Kamis, 26 Agustus 2010

Akibat Rasa Iri

Di upacara hari Senin minggu ini, akan ada satu hal yang sangat membanggakan bagi SDN 2. Salah satu siswi kelas 6 telah meraih prestasi di luar sekolah.

Upacara berjalan seperti biasa, hingga saat paling ditunggu-tunggu pun tiba.

Bu Ola, kepala sekolah SDN 2, maju ke depan, kemudian memegang mike sambil berkata, "Anak-anak yang Bu Ola cintai, ibu akan menyampaikan sebuah berita gembira,"

Beberapa diantara murid yang sedang berbaris pun bertanya-tanya. Apakah berita gembira yang akan disampaikan oleh Bu Ola?

"Kemarin, siswi kelas 6 sekolah kita telah meraih sebuah prestasi membanggakan. Dia telah memenangkan lomba menulis dan membaca puisi tingkat nasional. Siswi itu adalah...... Milly Tiara!!!"

Milly, anak yang tadi disebut namanya, langsung kaget. Ia berhasil memenangkan lomba yang kemarin ia ikuti?

Dengan tubuh gemetar, Milly maju ke depan lapangan upacara.

"Inilah Milly, siswi yang berhasil mengharumkan nama sekolah kita dengan meraih juara 1 lomba membuat dan membaca puisi tingkat nasional!" kata Bu Ola bangga, yang langsung disambut dengan tepuk tangan riuh.

Setelah upacara selesai, ada sesuatu yang berubah. Ira, sahabat Milly, tak pernah mau menyapa Milly lagi, padahal sebelumnya ia sangat sering menyapa Milly dan mengajaknya bermain bersama.

Milly pun mencoba mendekati Ira. Ia berkata, "Ira, mengapa kamu tak mau menyapaku lagi? Apa salahku? Katakan saja apa salahku, aku akan berusaha memperbaikinya,"

Ira tak menggubris pertanyaan Milly. Ia segera pergi meninggalkan Milly.

Keesokan harinya, Milly bertanya ke Ira lagi.

"Ira, tolong beritahu aku, mengapa kamu tidak mau bicara denganku lagi? Apa kamu hanya tak punya waktu untuk bicara denganku? Atau mungkin kau tak mau lagi berteman denganku, karena aku memberikan pengaruh buruk untukmu? Tolong katakan yang sebenarnya, Ira! Aku berjanji, aku takkan marah! Aku akan berusaha mengubah sifatku menjadi lebih baik!" kata Milly.

Kali ini, Ira mau menjawab. Ia berkata, "Semua tebakanmu salah, Milly. Aku takkan memberitahumu alasan yang sesungguhnya, jadi silakan tebak sendiri. Kamu tak perlu memohon-mohon seperti itu, Milly. Bukankah kau punya segerombol teman yang sanngat setia padamu? Bahkan, banyak sekali teman lain di luar sana yang sampai memohon-mohon untuk jadi sahabatmu. Ambillah saja mereka, mereka, kan, jelas-jelas ingin sekali jadi sahabatmu,"

"Tapi sahabat yang aku pilih adalah kamu, Ira, bukan mereka! Kamu lebih berarti untukku, karena kamu selalu ada di saat aku membutuhkan!"

"Bukankah para penggemarmu selalu mengikutimu dimanapun kamu berada? Bukankah mereka selalu menawarkan pertolongan untukmu? Mereka memperlakukanmu seperti seorang ratu! Sadarkah kamu?"

"Tapi mereka tak pernah bisa mengerti perasaanku, Ira, tidak seperti kamu! Kamu selalu mengerti perasaanku! Aku bingung, mengapa kamu berubah drastis sejak upacara tadi?"

"Harusnya kamu tahu, kan? Bukankah tadi kau bilang bahwa kita adalah sahabat?"

"Betul, Ira! Tapi tingkahmu membuatku bingung!"

Ira tak menjawab. Ia segera pergi meninggalkan Milly tanpa sepatah kata apapun.

"Ira! Ira! Tunggu! Tidaak!!!" teriak Milly.

Ira tak menghentikan langkah kakinya. Ia tak peduli, walaupun Milly terus memohon maaf padanya.

Keesokan harinya, Milly terus mencoba hal yang sama, hingga akhirnya ia lelah.

Milly memiliki trik baru untuk mengetahui apa sebenarnya yang membuat Ira menjauhinya.

Milly menghampiri Indah, sahabat Ira, ia berkata, "Indah, bolehkah aku minta tolong untuk sesuatu?"

"Boleh, kok,"

"Aku ingin meminta tolong agar kamu menanyakan kepada Ira, mengapa dia menjauhiku? Kamu, kan, sahabatnya, jadi aku minta tolong padamu,"

Indah berpikir sejenak, kemudian berkata, "Oke, akan kulakukan sebisaku!"

"Terima kasih, Indah,"

"Sama-sama, Milly!"

Indah segera melakukan misi yang diberikan Milly. Ia menghampiri Ira dan berkata, "Ira, apa ada hal yang ingin kamu ceritakan padaku?"

Ira hanya menggeleng.

"Apa kau yakin? Apa ada teman yang mengganggumu? Aku, kan, sahabatmu, jadi aku takkan membocorkannya ke siapapun,"

Ahirnya, Ira mau menjawab. Ia berkata, "Sebenarnya, aku punya masalah dengan Milly. Aku merasa iri dengannya. Setelah dia menjadi juara 1 lomba menulis dan membaca puisi, teman-teman mengidolakannya. Bahkan, sahabat-sahabatku berpaling dariku. Mereka menganggap aku ini tida ada apa-apanya dibandingkan Milly. Aku juga mau dihargai seperti Milly! Aku mau memiliki kemampuan yang hebat seperti Milly, agar teman-teman juga mau menjadi sahabatku!"

"Begitu, ya," kata Indah.

"Iya. Terima kasih, ya, rasanya lebih lega setelah curhat denganmu," kata Ira.

"Sama-sama. Kita, kan, sahabat,"

Setelah itu, Indah segera memberitahu Milly apa yang ia dengar dari Ira.

"Begitu, ya," kata Milly. "Maukah kamu menemani aku untuk menemui Ira?"

"Boleh," kata Indah.

Milly dan Indah segera menghampiri Ira.

"Ira, aku sudah tahu semuanya," kata Milly.

Ira mulai takut. "Tahu apa?"

"Jangan pura-pura ta tahu, Ira. Aku sudah tahu mengapa kamu menjauhiku baru-baru ini," kata Milly tenang.

"Kau, kau, kau tahu darimana?" kata Ira gugup.

"Dari aku," kata Indah.

Wajah Ira langsung berubah menjadi merah padam. Ia berkata, "Indah! Aku percaya padamu tapi mengapa kamu mengkhianati kepercayaanku?"

"Ini semua demi kebaikan, Ira," kata Indah.

"Ira, kita semua punya kelebihan masing-masing. Aku memiliki kemampuan di bidang puisi, dan kau memiliki kemampuan sendiri. Kita semua tercipta dengan kemampuan masing-masing. Tidak ada orang bodoh di dunia ini. Semua orang di dunia ini punya potensi untuk sukses," jelas Milly.

"Sudahlah, jangan sok pintar didepanku! Aku telah mengakui kehebatanmu, jadi jangan menggangguku lagi! Pergilah bersama para pengagummu! Mereka lebih membutuhkanmu!" kata Ira kesal.

"Ira, ingatkah kamu saat aku masih kelas 1 SD?" tanya Milly.

"Ya, aku ingat. Memangnya kenapa?"

"Begini," kata Milly. "Dulu, aku bukan termasuk siswi yang berprestasi. Aku sering mendapat hukuman dari guru akibat kenakalanku. Aku sering melanggar peraturan. Pokoknya, dulu aku adalah murid paling nakal dan disebut sebagai anak yang paling payah di kelas. Ingat, kan?"

"Itu, kan, dulu, Milly! Sekarang, kamu telah berubah! Kamu telah menjadi siswi paling pintar di kelas, dan semua murid mengidolakanmu, karena kamu cantik, pintar, dan berbakat!" keluh Ira.

"Nah, itulah jawaban yang tepat untuk pertanyaan 'Mengapa Milly bisa berubah?'!" kata Milly.

"Apa maksudmu?" kata Ira bingung.

"Aku bisa berubah, dari anak nakal dan payah, menjadi anak yang berprestasi, karena aku berusaha untuk berubah. Tadinya, aku terus membiarkan diriku menjadi anak nakal, tetapi orang-orang yang mencintaiku menyadarkanku, bahwa aku harus berubah. Aku pun menyadari sifat burukku itu, kemudian aku berusaha memperbaiki sifat burukku.

"Perbedaan antara orang sukses dan orang gagal adalah, orang sukses adalah orang yang berusaha, kemudian ia gagal. Walaupun ia gagal, ia tak menyerah untuk terus mencoba hal yang ia inginkan. Sedangkan orang gagal adalah, orang yang mencoba, kemudian ia gagal. Ia putus asa dan menghentikan langkahnya.

"Perbedaan orang gagal dan orang sukses hanya satu: Cara mereka meraih cita-cita. Sekarang, kitalah yang bisa menentukan, apakah kita bisa menjadi orang gagal atau orang sukses. Bila kau mau menjadi orang sukses, maka lihatlah jalan kedepan! Tataplah masa depan, dan siapkan diri untu berperang menghadapi rintangan yang ada! Jangan langsung menyerah bila kegagalan menerpamu.

"Jadilah ksatria yang pemberani, bukalah dirimu, janganlah mengurung diri! Janganlah mengeluh ketika penderitaan menerpamu, karena penderitaan adalah syarat untuk menjadi sukses. Anggaplah penderitaan sebagai ujian untuk menjadi sukses, dan untuk lulus, kita harus bersemangat untuk terus melangkah tanpa memedulikan penderitaan yang terus menerpa diri kita. Hadapi penderitaan dengan santai, karena dengan begitu, penderitaan takkan memberatkan kita.

"Janganlah menyediakan ruangan sedikitpun untuk putus asa, karena dengan menyediakan ruangan sesempit apapun, rasa putus asa akan menjalar ke seluruh tubuhmu bagaikan racun.

"Putus asa bagaikan racun dan benalu. Jika ia sudah masuk ke hatimu, ia akan mengambil semangatmu, membuatmu menjadi tak berdaya dan lemah. Maka, kita harus menjauhi putus asa. Cara untuk menghindari putus asa adalah: Tingkatkan rasa percaya diri, anggaplah bahwa rintangan adalah ujian untuk lulus menjadi orang sukses, jangan pernah berhenti melangkah menuju kesuksesan, dan yang lebih penting lagi: Jangan engkau pandang rendah dirimu sendiri.

"Bila kau memandang rendah dirimu, kau takkan pernah bisa menjadi orang sukses, karena kau percaya, bahwa dirimu adalah seseorang yang bodoh, payah, dan tak berbakat. Bila kau memandang tinggi dirimu, maka kau bisa menjadi orang sukses, karena kau percaya, bahwa kau memiliki potensi untuk maju, dan kau berusaha untuk mengasah potensimu itu.

"Bila kau telah menjadi sukses, maka janganlah menjadi sombong, karena sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Janganlah sombong karena apa yang kau punya, karena bila suatu saat kau terjatuh, kau akan merasakan rasa malu yang sangat,"

Ira menunduk. Ia pun menyadari, bahwa selama ini ia terlalu rendah diri. Ia sangat berterima kasih pada Milly, karena telah menyadarkannya.

"Milly?" kata Ira.

"Ya, Ira?" kata Milly.

"Aku, aku, aku minta maa atas semua kesalahanku. Aku terlalu rendah diri, dan akhirnya aku menyalahkanmu atas kesalahan yang sama sekali bukan ulahmu. Aku benar-benar menyesal, Milly. Aku berjanji untu tidak mengulangi perbuatanku lagi untuk selamanya," kata Ira.

"Sama-sama, Ira. Aku memaafkan semua kesalahanmu. Maafkan aku juga, ya, bila au pernah bersalah padamu," kata Milly senang.

Kedua sahabat itu pun berjabat tangan dan berpelukan. Akhirnya, masalah antara mereka terselesaikan, dan Milly dan Ira kembali bersahabat.