Rabu, 28 Juli 2010

Miraculous Book

Selvy berjalan lemas ke rumahnya sambil menggendong tas sekolahnya.

Kenapa, sih, aku tidak bisa menghafal isi buku paket dan catatanku? Pikir Selvy.


Saat masuk rumah, Selvy langsung menaruh tas dan membaringkan dirinya ke tempat tidur. Ia memikirkan hal-hal yang hari ini terjadi di sekolahnya.

Mungkin hari ini adalah hari terburuk dalam sejarah hidupnya, karena ia mendapat nilai terendah dalam pelajaran IPS, yaitu 40. Maklum, pelajaran ini memang pelajaran yang paling tak disukai Selvy. Alasannya adalah, Selvy tidak menyukai pelajaran yang harus menghafal.

Selvy membuka tas ransel kesayangannya dan mengambil buku khusus untuk mencatat tugas miliknya.

Hari Kamis ada ulangan IPA tentang Ciri-ciri Makhluk Hidup. Ahh, lagi-lagi aku harus menghafal. Kapan, sih, aku bisa bebas dari hafalan? Pikir Selvy.

Dengan bermalas-malasan, Selvy mengeluarkan buku IPA dan membacanya sekilas di meja belajar, tak lebih dari 1 menit. Setelah itu, ia langsung memasukkannya kembali ke rak buku.

Tak jarang Selvy bermalas-malasan ketika belajar. Ia memang bukan murid berprestasi di sekolahnya. Ia tak pernah masuk peringkat 10 besar. Berprestasi di luar sekolah pun juga tidak pernah.

Hal ini terjadi bukan karena tidak ada dukungan dari orang-orang di sekitarnya, tetapi justru sebaliknya. Selvy menganggap bahwa prestasi bukanlah hal yang penting. Ia juga menganggap bahwa dirinya bukan orang yang cerdas, dan ia berpendapat bahwa dia takkan bisa menjadi cerdas, walaupun ia belajar siang dan malam. Inilah hal-hal yang menghambat Selvy untuk menjadi murid berprestasi.

Saat Selvy sedang berbaring diatas tempat tidur, handphone-nya berbunyi. Ada seseorang yang menelponnya.

Dengan bermalas-malasan, Selvy mengambil handphone-nya dan mengklik tombol untuk menerima panggilan telepon. Ternyata, yang menelponnya adalah Angel, teman sekelasnya yang sering mendapat peringkat 1.

"Halo, Angel! Ada apa, kok, menelponku sore-sore begini?"

"Halo juga, Selvy! Begini, apa benar kamu mendapat nilai 40 saat ulangan IPS?"

"Iya, kenapa?"

"Tidak, aku hanya ingin bertanya saja,"

"Begitu, ya," kata Selvy. "Tolong jangan beritahu nilai ulangan IPS-ku ke siapapun yang belum mengetahuinya. Kalau mereka bertanya, jawab saja kalau kamu tidak tahu. Aku percaya sekali denganmu, karena kamu sahabatku yang paling kusayangi,"

"Tentu saja aku takkan memberitahunya kepada siapapun,"

"Oke, terima kasih, Angel! Apa ada hal lain yang ingin kamu sampaikan?"

"Oh, tidak, Selv. Sampai jumpa lagi di sekolah!"

Angel memutus teleponnya.

Apa, sih, tujuan Angel meneleponku? Bukannya dia sudah tahu bahwa aku mendapat nilai 40 saat ulangan IPS? Jangan-jangan dia ingin menyita waktuku agar aku tidak bisa belajar untuk ulangan IPA! Pikir Selvy.

Keesokan harinya, Selvy berangkat ke sekolah dengan penuh semangat. Setelah turun dari mobil, ia langsung masuk ke kelas. Satu-satunya hal yang membuat Selvy semangat adalah, hari ini hari ulang tahunnya!

Ternyata benar prediksi Selvy bahwa teman-temannya menyiapkan kejutan untuknya. Setelah masuk ke kelas, ia langsung diberi ucapan "Selamat ulang tahun!!" dan dilempari tepung dan telur.

"Terima kasih, teman-teman," kata Selvy sambil menghapus air mata harunya.

Prediksi Selvy yang kedua juga benar. Di mejanya sudah ada banyak sekali kado dari sahabat-sahabatnya.

"Duh, bagaimana, nih? Hadiahnya banyak sekali," kata Selvy bingung.

"Ini, ambillah," kata Angel sambil menyerahkan sebuah keresek besar.


"Terima kasih, Angel," kata Selvy.

Selvy memasukkan kado-kado dari sahabat-sahabatnya ke dalam keresek yang diberikan Angel.

Karena hari ini hari Sabtu, maka kegiatan kelas 6 hanya diisi dengan pesta ulang tahun Selvy. Di sekolah Selvy, hari Sabtu tidak ada pelajaran. Hari Sabtu hanya diisi dengan kegiatan lain.

Di rumah, Selvy membuka semua kado yang diberikan oleh teman-temannya. Dari seluruh hadiah yang ia terima, hadiah dari Angel-lah yang paling menarik perhatian Selvy.

Hadiah yang diberikan Angel bukan hadiah yang mahal atau langka. Angel hanya memberikan selusin buku bertuliskan "MIRACULOUS BOOK", yang artinya (dalam bahasa Indonesia) "BUKU AJAIB".

"'Miraculous Book'? 'Buku Ajaib'? Ahh, mana mungkin ini buku ajaib? Ini, kan, hanya buku tulis biasa!" kata Selvy pada dirinya sendiri.

Rasanya aneh, memang, kalau Selvy mempercayai bahwa buku pemberian Angel itu memang buku ajaib. Buku pemberian Angel hanyalah buku tulis yang tak kelihatan istimewa. Siapapun yang melihatnya pasti takkan percaya bahwa buku itu adalah buku ajaib.

Angel juga memberikan kertas yang sudah ditulisi ucapan selamat.

"Selamat ulang tahun! Semoga kamu menjadi jauh lebih baik, ya! Tingkatkan belajar juga, supaya kamu lulus ujian dengan nilai yang memuaskan. Kalau butuh teman, hubungi saja aku! Aku bersedia menemanimu, kapanpun kamu mau. Oya, buku yang aku berikan itu adalah buku yang benar-benar ajaib. Setiap kata yang kamu tulis di buku itu akan selalu melekat di memorimu. Dengan begitu, kamu selalu ingat isi buku tulis ajaib itu. Kakakku sudah pernah mencobanya. Karena memakai buku tulis ajaib itu, ia lulus dari SMP dengan nilai terbaik! Dia juga masuk ke SMA favorit yang selama ini ia impikan. Ayo, tunggu apa lagi! Besok, kan, sudah mulai pelajaran, jadi pakai buku tulis ajaib itu untuk pelajaran hafalan! Dijamin, kamu akan mendapat nilai yang jauh lebih baik dari kemarin!"

NB: Buku tulis ini tidak bisa menjadi ajaib kalau pemiliknya menggunakannya dengan bermalas-malasan. Buku tulis ini hanya bisa bekerja bila pemiliknya sering membuka dan membacanya. Jadi, kamu harus selalu membacanya bila besok terdapat pelajaran yang menggunakan buku tulis ajaib itu, oke?

From: Angelina, your BFF


"Apakah Angel benar? Mana mungkin semua tulisan yang ditulis disini akan selalu melekat di memori?" tanya Angel pada dirinya sendiri. "Angel tidak pernah bohong. Pasti buku ini benar-benar ajaib. Pasti!"

Akhirnya, Selvy mempercayai Angel. Ia menyalin tulisan dari buku tulis lamanya ke buku tulis ajaib barunya. Ia juga membacanya setiap malam, seperti yang diperintahkan oleh Angel.

Hasilnya sudah mulai terasa. Nilai-nilainya jauh lebih baik daripada sebelumnya. Ia sering sekali mendapat nilai 100 di sekolahnya.

Sebentar lagi, ujian akan dimulai. Selvy semakin rajin membaca buku-buku pelajarannya, terutama pelajaran-pelajaran UASBN (Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional), yaitu IPA, Bahasa Indonesia, dan Matematika.

Beberapa hari kemudian, UASBN telah selesai. US (Ujian Sekolah) telah menunggu. Semua siswa kelas 6 akan melaksanakan US dalam seminggu.

Akhirnya, US telah selesai. Tinggal menunggu hasil UASBN dan US.

Sekarang, kelas 6 terbebas dari pelajaran. Tinggal berlatih untuk acara perpisahan sekolah.

Hari yang ditunggu-tunggu pun datang juga. Hari ini akan diumumkan juara UASBN.

Bu Indri, kepala sekolah SDN HARAPAN, SD tempat Selvy bersekolah, memegang mike dan mulai berpidato.

"Selamat datang kepada siswa-siswi kelas 6! Saya, Ibu Indri, akan mengumumkan juara UASBN dan US. Apapun hasilnya, tolong diterima. Apa yang telah kalian lakukan dan perjuangkan sudah lebih dari cukup untuk sekolah kita tercinta." kata Bu Indri. "Kalian semua adalah murid yang cerdas. Bu Indri selalu berdoa untuk kalian, agar kalian semua dapat mencapai cita-cita setinggi langit,"

Bu Indri menarik nafas, kemudian berkata, "Saya akan langsung mengumumkan juara UASBN. Juaranya adalah.......... SELVY TIARA MAHAPUTRI!!!"

Selvy serasa sedang bermimpi. Ia tak percaya dirinya bisa menjadi juara UASBN dengan nilai sempurna, padahal sebelumnya ia tidak begitu berprestasi di sekolah. Tubuhnya gemetar saking kagetnya.

"Ayo, Selvy, maju ke depan! Kamu adalah juara UASBN tahun ini!" kata Bu Indri sambil memberi isyarat kepada Selvy untuk maju ke depan.

Dengan tubuh yang masih gemetar, Selvy maju ke depan.

"Inilah juara UASBN tahun ini, Selvy! Ia mendapat nilai UASBN tertinggi dengan NEM 30! Walaupun kalian tidak menjadi juara UASBN tahun ini, bukan berarti kalian tidak dapat menjadi seperti Selvy! Dengan belajar sungguh-sungguh, kalian bisa seperti Selvy!" kata Bu Indri. "Tepuk tangan yang meriah untuk Selvy!!"

Semua murid kelas 6 bertepuk tangan riuh untuk Selvy. Air mata haru membasahi mata dan pipi Selvy. Ia benar-benar tak menyangka semua ini akan terjadi.

Sebagai penghargaan, Selvy diberi piala duplikat yang bertuliskan:

SELVY TIARA MAHAPUTRI
JUARA UASBN SDN HARAPAN
TAHUN 2010

Saat Selvy hendak keluar dari sekolah, seseorang menepuk bahunya.

"Selamat, kawan. Kau berhasil mengalahkanku,"

Selvy berbalik ke belakang untuk melihat orang yang menepuk bahunya dan mengucapkan selamat.

"Angel?"

"Ya, aku Angel. Ternyata kau memang cerdas,"

Selvy tersenyum dan berkata, "Ini semua, kan, karena buku ajaib yang kau berikan,"

Angel tertawa ketika mendengar perkataan Selvy.

"Selvy, Selvy. Kamu percaya dengan perkataanku itu?"

"Iya, dong. Kamu, kan, sahabat terbaikku,"

"Selvy, bukan buku itu yang ajaib, tapi kamu! Kamu berhasil mengubah prestasimu yang tadinya biasa menjadi luar biasa!"

Selvy kaget. Apakah benar bahwa bukan buku itu yang membuatnya bisa mengingat semua materi pelajaran? Tidak mungkin!

"Kaget, ya? Sekarang kamu sudah tahu, kan, bahwa rasa semangat dan percaya diri dapat mengalahkan apapun?" kata Angel.

"Betul, Angel! Aku sadar bahwa dengan rasa semangat dan percaya diri, kita dapat meraih apapun yang kita mau," kata Selvy. "Ini, kan, juga berkat kamu, Angel. Kalau kamu tidak memberi aku buku tulis itu, aku tidak akan bisa percaya diri seperti sekarang!"

"Ah, kamu itu bisa saja, deh," kata Angel.

Ternyata, buku yang diberikan Angel bukan buku ajaib. Ialah yang membuat dirinya menjadi pintar, bukan buku tulis pemberian Angel.

Selvy membawa piala duplikat yang diberikan oleh sekolah dengan bangga. Rasa percaya dirinya meningkat. Sekarang, ia percaya bahwa, ternyata dirinya mampu untuk meraih prestasi seperti Angel dan yang lainnya. Kalau orang lain bisa, kenapa ia tidak?



Sabtu, 03 Juli 2010

This is Me!!

Seorang anak perempuan melintas di depan halaman sekolah SD CINTA ALAM. Anak itu bernama Reita. Ia mengenakan seragam putih dengan pita biru di kerahnya. Ia memakai berbagai aksesori di tangannya. Ia berjalan dengan anggun, mempesona semua orang yang melihatnya.

"Lihat, itu Reita, anak kelas 6!" teriak Mira, salah satu siswi SD CINTA ALAM yang sekelas dengan Reita.

"Reita? Ayo, kita sambut dia!" sambung anak-anak yang lain.

Saat Reita masuk ke kelas, ia langsung disambut oleh semua siswa kelas 6. Reita memang anak yang paling terkenal di sekolah. Semua siswa di sekolah mengenalnya, dari kelas 1 sampai kelas 6. Reita dikenal karena ia adalah siswi yang paling cantik dan feminin. Ia selalu berdandan dengan gaya yang sangat feminin. Jalannya pun sangat anggun.

Hampir semua siswi kelas 6 mengidolakan Reita. Mereka selalu mengikuti kemanapun Reita pergi. Mereka juga selalu ingin mengikuti gaya berpakaian Reita yang sangat feminin.

Walaupun begitu, tidak semua anak mengidolakan Reita. Ada satu anak yang sama sekali tidak mengidolakan dan meniru gaya Reita. Anak itu bernama Olive. Ia adalah anak yang sangat tomboy. Ia sering sekali bermain dengan laki-laki. Gaya berpakaiannya pun jauh berbeda dengan Reita. Bila Reita berpakaian feminin, Olive selalu berpakaian tomboy.

Walaupun begitu, kadang-kadang Olive merasa tidak nyaman dengan gayanya. Teman-temannya tidak begitu suka dengan gayanya yang super tomboy dan agak berantakan. Ia merasa dijauhi oleh teman-temannya. Lama-kelamaan, Olive sadar bahwa teman-temannya memang tak menyukainya.

Pada hari Minggu, ada sesuatu yang aneh pada penampilan Olive, dari kepala sampai kaki. Semua orang yang melihatnya merasa bingung, apa yang terjadi dengan Olive?

Maklum saja, penampilan Olive memang berubah 100%. Rambutnya tergerai, tidak diikat seperti biasanya. Ia memakai rok pendek dan baju T-shirt berwarna merah muda yang sangat feminin. Ia juga memakai 2 gelang yang terbuat dari mutiara. Padahal, sebelumnya Olive tak pernah mau memakai perhiasan apapun.

Orang-orang yang melihatnya langsung mendekati Olive dan menanyakan berbagai pertanyaan.

"Olive, kok, kamu terlihat feminin sekali?" tanya Ray, sahabat sekelas Olive yang juga menjadi tetangga Olive.

"Oh, aku hanya ingin terlihat lebih feminin saja, kok," jawab Olive singkat. Ia tak mau ada orang yang mengetahui sebab ia tampil feminin.

"Masak, sih? Memangnya kenapa kamu ingin terlihat lebih feminin?"

"Ah, kamu ini bagaimana, sih, Ray. Aku ini, kan, perempuan! Apa, sih, salahnya kalau aku ingin tampil berbeda?" kata Olive kesal. Ia takut Ray curiga dengannya.

"Iya, maaf, deh. Eh, nanti kamu mau ikut bermain sepak bola, tidak? Banyak teman yang ikut, lho," ajak Ray.

"Tidak usah, Ray, aku ingin menjadi perempuan yang feminin, seperti yang kukatakan tadi. Aku tidak mau lagi bermain apapun bersama laki-laki. Aku juga tidak mau jalan-jalan dengan laki-laki, termasuk kamu, Ray," kata Olive tegas. "Tolong jangan salah sangka, Ray. Aku hanya ingin menjadi perempuan yang feminin, itu saja. Aku masih ingin bersahabat dengan semua teman laki-laki, termasuk kamu. Tapi tolong mengerti keinginanku sekarang, Ray. Maafkan aku jika perkataanku menyakiti hatimu, tapi aku terpaksa melakukan ini, demi mencapai apa yang kuinginkan,"

"Jadi kamu ingin memutuskan tali persahabatan kita hanya karena ingin menjadi anak yang feminin, begitu?" tanya Ray kesal.

"Aku tidak ingin memutuskan tali persahabatan kita, Ray! Aku tak bermaksud begitu! Lagipula aku berhak untuk memilih jalanku sendiri!" kata Olive.

"Oh, begitu, ya. Oke, tidak apa-apa jika kamu memang lebih memilih berjuang menjadi anak feminin daripada persahabatan. Pergilah bersama anak-anak perempuan lainnya saja. Mereka pasti akan menyambutmu dan menawarkan untuk masuk ke kelompok mereka,"

Olive terdiam. Ia segera berlari ke rumahnya dan masuk ke kamarnya.

Apa yang dikatakan Ray memang benar. Aku lebih memilih memutuskan persahabatan, hanya untuk menjadi anak yang feminin. Aku terlalu memikirkan ejekan teman-teman perempuan. Aku lemah, aku mudah sekali terpengaruh oleh kata-kata mereka, teman-teman perempuan! Aku telah mempercayai perkataan buruk mereka. Akhirnya, aku jadi mengkhianati sahabat-sahabatku yang setia padaku! Kata Olive dalam hati.

Keesokan harinya di sekolah, Olive berusaha mendekati Ray dan meminta maaf.

"Ray, bolehkah aku bicara sebentar denganmu?" kata Olive pelan.

"Hmm, bicara apa?"

"Nanti akan kujelaskan," kata Olive sambil menarik baju seragam Ray, mengajaknya menjauh dari kantin.

"Maafkan aku, Ray. Aku tidak bermaksud untuk memutuskan tali persahabatan kita. Aku berjanji untuk tidak berusaha menjauh lagi darimu dan teman laki-laki lainnya,"

"Oke, tidak apa-apa. Kalau boleh tahu, mengapa kamu ingin sekali tampil feminin? Janji, deh, takkan kuberitahu siapapun,"

"Begini, Ray. Sebenarnya, aku tidak mau memberitahunya, tetapi karena kamu adalah sahabatku, aku akan menceritakan yang sebenarnya," kata Olive pelan. "Teman-teman perempuan mengejekku, mereka bilang gaya hidupku itu aneh, karena tidak feminin seperti mereka. Mereka bilang, aku harus mengikuti gaya Reita jika ingin bersahabat dengan mereka. Hal itu membuat percaya diriku turun. Aku berusaha mengubah gaya, walaupun sebenarnya aku merasa risih dengan baju feminin yang kupakai kemarin. Untung kamu menyadarkanku, jadi rasa percaya diriku kembali, deh, terima kasih, ya. Aku hanya akan mengubah sedikit penampilanku menjadi lebih rapi,"

"Iya, sama-sama. Aku juga senang kamu kembali percaya diri dengan penampilanmu yang dulu. Sahabat, kan, harus saling menolong," kata Ray sambil tersenyum senang. "Kata-kata buruk temanmu itu jangan didengarkan, mereka hanya ingin menjatuhkan kepercayaan dirimu. Walaupun kamu anak yang tomboy, kamu, kan, anak yang baik, pasti akan lebih banyak orang yang menyukaimu,"

"Terima kasih, Ray, kamu memang sahabatku yang paling baik,"

Akhirnya, Olive kembali bersahabat dengan teman-temannya yang setia dengannya.